BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan dan Pembangunan Ketenagakerjaan
Mencari
hubungan antara pendidikan dan ketenagakerjaan merupakan suatu upaya yang
sering dilakukan para penelitian ekonomi pendidikan dan sosioligi. Upaya ini
terutama ditekankan pad analisis pendidikan sebagai investasi sumber daya
manusia dan keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja., bahkan secara lebih spesifik bahwa banyak ahli
pendidikan mengungkapkan kurikulum pendidikan : apakah kurikulum pendidikan
mampu mengakomodasi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja? Untuk
itulah pendidikan dan pelatihan akan sangat berperan dalam melahirkan tenaga
kerja terdidik dan terlatih manakala
tingkat relevansinya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan
dunia kerja.
Kompetensi
yang dibutuhkan dalam dunia kerja bagi lulusan pendidikan dapat menjadi acuan
yaitu hasil deklarasi yang dirumuskan para Menteri Pendidikan 9 negara
berpendudukan terbesar di New Dehli (UNESCO, 1995), yang membuat enam peran
pendidikan, yaitu :
1.
Ikut menggalang
perdamaian dan ketertiban dunia.
2.
Mempersiapkan pribadi
sebagai warga negara dan masyarakat.
3.
Pendidikan yang merata
dan menyeluruh.
4.
Menanamkan dasar-dasar
pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan.
5.
Mempersiapkan tenaga
kerja untuk membangun ekonomi sehingga pendidikan perlu dikaitkan dengan
kebutuhan dunia kerja.
6.
Beriorentasi pada
penguasaan dan pengembangan iptek.
Dari deklarasi tersebut diketahui bahwa
separuhnya mengisyaratkan keerataan hubungan antara pendidikan dengan
pembangunan ekonomi dan penguasaan serta pemanfaat iptek. Dengan ungkapan lain
pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berkemampuan umum sesuai
dengan tuntutan dunia kerja, baik dalam jenis maupun kompetensinya.
Negara-negara maju (amerika, inggris, australia dan selandia baru) telah
merumuskan tujuh kompetensi umum yang diperlukan oleh dunia kerja.
Kometensi yang dimaksud meliputi:
1. Kemampuan
untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyusun informasi.
2. Kemempuan
utuk berkomunikasi.
3. Kemampuan
untuk merencanakan dan mengorganisir kegiatan.
4. Kemampuan
untuk berkerja sama dengan orang lain dalam suatu tim kerja.
5. Kemampuan
untuk memperkuganakan teknik.
6. Kemampuan
utuk memecahkan masalah, dan
7. Kemampuan
untuk memanfaatkan teknologi (wardiman: 1996).
Membentuk sistem pendidikan agar
benar-benar mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan
kebutuhan kerja haruslah diupayakan sistem pendidikan “keterkaitan”. Karena
bagaimana pun sudah terbukti dalam beberapa penelitian ekonomi pendidikan bahwa
pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui upaya pengembangan sumberdaya manusia. Pertumbuhan
ekonomi itu sendiri memiliki kaitan langsung dengan penciptaan dengan
kesempatan kerja baru (employmen opportunity) yang dapat menyerap tenaga kerja
terdidik dan terlatih. Pendidikan dan pelatihan memiliki peranan dalam
pengembangan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan kerja
baru yang tercipta.
Untuk itulah perlu ditegaskan bahwa
sistem pendidikan dan pelatihan yang relevan akan memiliki kontribusi yang
sangat besar terhadap produktifitas sektoral dan pertumbuhan ekonomi. Hal
tersebut disebabkan karena sistem pendidikan dan pelatihan merupakan sarana
terpenting dalam pembangunan sumber daya manusia (suryadi:1993) dengan kata
lain, semakin tinggi tingkat relevansi
program pendidikan dan pelatihan, makin besar pula kemungkinan untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai
dengan jenis usaha maupun jenis jabatan.
2.2 Pembangunan
SDM
Pembangunan SDM yang
diprioritaskan pelaksanaan pendidikan harus mampu menyerap kebutuhan pasar
kerja akan lulusan pendidikan. Harbison dan Mayers (1964) menawarkan beberapa
pilihan dalam mengembangkan sumber daya manusia, antara lain adalah (1) srategi
pendidikan yang menekankan aspek kuantitas dan kualitas, dan (2) strategi
pendidikan yang dapat mengembangkan keahlian menengah dan tinggi dari proses
pendidikan formal sebelum bekerja (pre-employment
formal training) atau pendidikan selama bekerja (on the job training).
Orientasi pengembangan
sumberdaya manusia yang akan dilaksanakan yaitu ada tiga: orientasi utama (orientasi intelektual dan orientasi
professional) dan satu orientasi pelengkap (orientasi mental) untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Orientasi intelektual berarti pendidikan harus berorientasi pada upaya
meningkatkan kecerdasan peserta didik. Orientasi professional berarti berarti
pendidikan harus berorientasi pada upaya meningkatkan kemampuan profesional
atau keterampilan praktis peserta didik. Sedang orientasi mental berarti
pendidikan harus menanamkan nilai-nilai moral sebagai alat control sekaligus
pemadu sikap intelektual dan professional. Kesatuan tiga orientasi diatas
itulah yang diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia berkualitas.
Sehubungan dengan orientasi
tersebut, William R. Tracy (Massassya : 1991) mengemukakan tiga jenis
keterampilan yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan. Pertama, keterampilan teknis yaitu
semua keterampilan khusus terutama yang memerlukan metode, proses prosedur, dan
teknik serta keterampilan teknis yang memerlukan pengetahuan yang khusus atau
tugas-tugas khusus seperti menganalisis atau menggunakan alat-alat tertentu. Kedua, keterampilan Human (human skill), yaitu kemampuan dalam
bekerja sama dengan kelompok agar tercipta iklim kerja sama yang baik, saling
mempercayai, menghormati, dan bersikap terbuka. Ketiga, keterampilan konsepsional, yaitu kemampuan melihat sesuatu
secara konseptual, holistic, dan cakap dalam mmengkoordinasikan rentetan
kegiatan, kkeinginan, serta kepentingan individu dn kelompok.
Pendidikan dengan dunia
kerja menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mengembangkan
profesionalisme lulusan pendidikan. Karena itulah konsep keterkaitan (link) harus menjadi modal dasar dalam
mengembangkan pendidikan secara komprehenship. Artinya pendidikan dalam system
pembangunan sumber daya manusia hendaknya menciptakan kondisi yang kondusif
bagi pencapaian tujuan pendidikan dalam
konteks di atas. Sehingga pendidikan harus dapat meyiapkan SDM dengan
kompetensi yang terstandar dengan kebutuhan dunia kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Hubungan antara pendidikan
dan ketenagakerjaan merupakan suatu upaya yang sering dilakukan para penelitian
ekonomi pendidikan dan sosioligi. Upaya ini terutama ditekankan pad analisis
pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia dan keterkaitan pendidikan
dengan dunia kerja.
Adapun Pembangunan SDM yang
diprioritaskan pelaksanaan pendidikan harus mampu menyerap kebutuhan pasar
kerja akan lulusan pendidikan. Harbison dan Mayers (1964) menawarkan beberapa
pilihan dalam mengembangkan sumber daya manusia, antara lain adalah (1) srategi
pendidikan yang menekankan aspek kuantitas dan kualitas, dan (2) strategi
pendidikan yang dapat mengembangkan keahlian menengah dan tinggi dari proses
pendidikan formal sebelum bekerja (pre-employment
formal training) atau pendidikan selama bekerja (on the job training).
3.2 Kritik dan
Saran
Di
dalam Makalah ini masih banyak kekurangan, kami juga ingin berterima kasih
kepada pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini, untuk membangun
makalah ini kami perlu kritikan dan saran dari berbagai pihak yang dapat
membantu kami selaku penyusun makalah ini, kurang dan lebihnya kami mohon maaf,
terimah kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasibuan, S.
1996. Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta. LP3ES.
Jusuf, Enoch.
1990. Perencanaan Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
mantap bero :D lebih ditingkatkan lagi ;)
BalasHapus